Thursday, February 24, 2005

Wawancara satu babak...


(Pangung gelap)

(Lampu menyala, menyorot sebuah meja dan dua kursi berdapan-hadapan di atas panggung)

(Terwawancara memasuki panggung diiringi Gila)

(Terwawancara duduk, di sampingnya berdiri Gila)

Gila: Sudah yakin dengan keputusanmu?

(Terwawancara mengangguk-berat,enggan)

Gila: Tidak mau kau pikir-pikir lagi? (berbisik di telinga terwawancara)

Terwawancara: (menarik nafas panjang) Keringat dingin… (melihat telapak tanggannya)

Gila: Belum juga mulai sudah ngeri sendiri… (menyindir)

Terwawancara: Aku…gugup… (gelisah)

Gila: NORAK! Seperti yang pertama saja… (mencibir)

Terwawancara: Memang ini yang pertama… bertemu… dia…

Gila: Sama saja! Mereka semua itu sama, BO-DOH! (mencibir)

Terwawancara: Jangan berisik! Kau terpaksa kubawa! (geram dan gelisah)

Gila: Huh?? Apa?? Terpaksa?! MENGHINA!

Terwawancara: Aku cuma butuh suporter! Suporter yang tidak banyak cing-cong!

Gila: Huh! Butuh bantuan saja kok gayanya selangit!

Terwawancara: Kalau tak terpaksa pun, kau tak akan kuminta hadir di sini! Aku butuh
‘Akal Sehat’…Tapi dia sedang sakit…

Gila: Kau tidak butuh ‘Akal Sehat!’ Sudah ada aku! CUKUP!

Terwawancara: Dia memang sudah sekarat…

Gila: Dan ingat,aku bukan si ‘Akal Sehat!’ Berhentilah
menyebut-nyebut namanya! Kau ingin aku di sini atau tidak?

Terwawancara: Tinggalah sejenak… kumohon…

Gila: Jangan LAMA-LAMA! Aku tak suka berurusan dengan orang waras LAMA-
LAMA!

(Pewawancara memasuki panggung)

(Terwawancara berdiri)

(Gila perlahan-lahan meninggalkan panggung)

Pewawancara: Selamat sore… terima kasih telah datang.
Saya pewawancara…

Terwawancara: Saya terwawancara…

(Pewawancara dan Terwawancara bersalaman)
(Pewawancara dan Terwawancara duduk berhadap-hadapan)
(Pewawancara membolak-balik resume Terwawancara)

Pewawancara: Resume Anda bagus. Sudah lama bekerja?

Terwawancara: Seumur hidup saya…

Pewawancara: Bagus, itu yang kami cari…
Baiklah, katakan pada saya, mengapa kami harus mempekerjakan
Anda?

Terwawancara: (berbisik) Saya … punya…GILA…

Pewawancara: GILA? Maksudnya?

Terwawancara: Yah…betul… saya punya KEAHLIAN ‘GILA’ (tersenyum bangga)

Pewawancara: Oh, maksud Anda… keahlian GILA?Wah, saya tak menyangka!!
GILA itu kemampuan langka! Mengapa Anda tidak cantumkan di
resume Anda…

Terwawancara: Saya malu…Saya kan belum lama mengusai si GILA…

Pewawancara: Jangan minder begitu, kebanyakan orang yang baru bisa menguasai
DEPRESI saja, sudah mengaku-ngaku kalau mereka itu GILA…

Terwawancara: Tapi dulu saya tidak perlu menguasai depresi untuk jadi GILA
begini…

Pewawancara: Wah, hebat sekali Anda! Jadi, bagaimana akhirnya Anda bisa punya
kemampuan GILA?

Terwawancara: Kata orang sih bakat alam… talenta… Tapi menurut saya… GILA itu
harus dipupuk… GILA ngga akan datang begitu saja…Yah selain
bakat tadi itu tentunya…

Pewawancara: (mengangguk-angguk) Menarik…menarik… Kalau begitu? Kerabat
Anda pasti ada yang GILA juga? Bakat keturunan mungkin?

Terwawancara: Hmm… Mungkin belum bisa disejajarkan dengan saya… kebanyakan
yah baru bisa depresi… paling banter juga sebatas halusinasi… belum
ada yang bisa divonis menguasai keahlian GILA seperti saya ini
(semakin bangga)

Pewawancara: Ehm, coba ceritakan pada kami… soal… hubungan
Anda dengan atasan Anda yang terdahulu… tercatat di sini…
adalah… Saudari ‘Hati Nurani…’

Terwawancara: Saya ini KORBAN! KORBAN PERMAINAN POLITIK
KOTORNYA!

Pewawancara: Maksud Anda?

Terwawancara: Siapa yang tidak akan termakan omongan manisnya? Dia sebarkan
issue kalau saya ini cuma PURA-PURA!!! Bayangkan!!! Saya
ini sungguhan GILA!!! GILAAAAA!!! Bayangkan! Para bawahan
saya langsung meragukan kemampuan GILA saya! Memang kalau
saya pura-pura lantas dia bisa langsung mengusai GILA-nya saya??!
Dasar SINTING! (berapi- api)

Pewawancara: Tunggu… tunggu… (berpikir) Mungkinkah Saudari
‘Hati Nurani’itu sebetulnya iri pada Anda karena dia tidak bisa
mempengaruhi Anda untuk melepaskan keahlian GILA Anda….

Terwawancara: Lantas dituduhlah saya cuma pura-pura belaka… (bersemangat)

Pewawancara: Dengan argumen sekedar mencari sensasi dan mendongkrak harga diri
dengan cara mengaku-ngaku GILA?!

Terwawancara: (menggebrak meja) DAN SAYA TAHU MOTIF SEBENARNYA!

Perwawancara: APA??? (ikut-ikutan menggebrak meja)

Terwawancara: (berbisik, maju mendekati wajah Pewawancara) ‘Hati Nurani’
sebenarnya….

Perwawancara: Ya….. (tegang)

Terwawancara: Ehm…. (berdehem) dia… dia… masih mencintai saya….

Perwawancara: Apa?!!! (terkejut) Jadi Anda dan ‘Hati Nurani’ pernah….

Terwawancara: Yah… cerita lama… (tersipu-sipu) Kami memang pernah bersama…
dulu… tapi… sejak saya memutuskan untuk menjadi GILA…
(menarik nafas) Anda tahu syaratnya kan?

Perwawancara: Ya… (prihatin) Kalau ingin betul-betul GILA, Anda harus
meninggalkan segalanya, termasuk cinta…. (menarik nafas panjang)
Menyesalkah Anda?

Terwawancara: (tersenyum terpaksa) Itu masa lalu…

Pewawancara: Ehm,ehm…Tercantum di resume Anda bahwa referensi Anda adalah
Saudara ‘Akal Sehat?’

Terwawancara: Ohhh iya betul… (tertunduk)

Pewawancara: Ada yang salah dengan pertanyaan saya?

Terwawancara: Oh, tidak, tidak ada… Hanya… mungkin Anda tidak bisa
menghubunginya dalam waktu dekat ini…Saudara ‘Akal Sehat’
sedang…. sekarat….

Pewawancara: Oh maaf…

Terwawancara: Dia…. Lebih dari sekedar referensi… dia… sahabat saya… dulu…
(sedih dan emosi)

Pewawancara: Kalau boleh saya tahu… apa yang terjadi?

Terwawancara: Dia… kecewa… pada… saya… pada keputusan saya…

Pewawancara: Karena… Anda lebih memilih GILA daripada dirinya…

Terwawancara: Saya telah mengkhianati persahabatan kami…
Dia betul-betul kecewa…dia berusaha membunuh dirinya…

Pewawancara: Apa?! Mengapa??!!

Terwawancara: Dia tak ingin saya datang ke wawancara ini… dia tak ingin saya
bekerja untuk Anda…

Pewawancara: …. (terdiam) Semua ini akan menjadi keputusan Anda…

Terwawancara: Saya tahu…

Pewawancara: Baiklah… saya rasa semuanya telah jelas… (membereskan berkas-berkas
resume Terwawancara)
Saya sudah mengambil keputusan! Dan…. Anda saya terima!
(tersenyum)

Terwawancara: Apa???? Sungguh??? (terkejut)

Pewawancara: Ya! Profil dan kualifikasi Anda lebih dari memuaskan!

Terwawancara: Betulkah???

Pewawancara: Ya tentu saja! Anda GILA, bujangan yang tak lagi
terlibat hubungan asmara dengan ‘Hati Nurani,’ sahabat Anda pun si
‘Akal Sehat’ nekad ingin bunuh diri karena Anda tinggal pergi!
Kurang apa lagi??

Terwawancara: Oh, terima kasih! Terima kasih sebesar-besarnya…

Pewawancara: Dan Anda tinggal menandatangani dokumen ini… (mengeluarkan
sebuah dokumen)

Terwawancara: (tergesa-gesa) Di mana saya harus tanda tangan? Di mana????

Pewawancara: Di sini…. (menunjukkan kepada Terwawancara)

(Terwawancara tergesa-gesa menandatangani dokumen tersebut)

Terwawancara: Ini, sudah saya tanda tangani…(menyerahkan dokumen kepada
Pewawancara) Jadi, kapan saya bisa mulai bekerja?

Pewawancara: (tersenyum memandang dokumen yang telah ditandatangani Terwawancara)
Anda bisa mulai bekerja sebagai ‘WARAS’ setelah Anda mengikuti
training ‘pembaharuan jiwa’…. (tersenyum)

Terwawancara: APA?!!! Apa-apaan ini?! Saya ke sini bukan ingin menjadi
‘WARAS!’ Saya ini GILA! Lelucon apa ini?!

Pewawancara: Ini bukan lelucon BUNG! Anda telah menandatangani kontrak kerja
sebagai ‘WARAS’ di perusahaan saya: “Rumah Sakit Jiwa!” Ini
tanda tangan Anda kan? (menunjukkan dokumen yang telah ditandatangani
Terwawancara)

Terwawancara: Iya tap… tapi…. (gelisah) Saya tidak mengerti!!! Saya ke sini
mendaftar sebagai ‘MATI’saya mau ‘MATI!’ Anda siapa?? Saya
seharusnya bertemu dengan ‘El-Maut!’ Dan perusahaan Anda
harusnya adalah ‘Institusi Mati?!’

Pewawancara: Maaf Bung! Anda salah alamat! Siapa pun yang memberikan
informasi itu, pasti ingin menjebak Anda, dan kebetulan sekali, Anda
terjebak! (tersenyum mengejek) Sudahlah, terima saja nasib Anda… Anda
akan kembali menjadi ‘WARAS!’

Terwawancara: TIDAAAAAAAAKKK!!! Saya ini GILA! Saya tidak mau menjadi
WARAS! Brengsek! Ini pasti… pasti … ulah si ‘Gila!!!’
Brengseeekkkkkk!!! (marah, berteriak lantang)

(Datang dua orang laki-laki menghampiri terwawancara)

Terwawancara: Mau apa kalian??? Hah??? Mau apa??

Pewawancara: (berkata pada dua orang laki-laki) Kenalkan…ini rekan kerja baru kalian…
‘Waras-in training’… Tolong tunjukkan padanya fasilitas perusahaan
kita

(Dua orang laki-laki menyeret Terwawancara yang meronta-ronta keluar panggung)

Terwawancara: GILAAAAAAAA… BANGSAT KAUUUUUUUUU!!!
BANGSAAAAAAAAAAAATTTTT….

(Tampak di panggung Pewawancara berdiri sendiri, perlahan-lahan keluar Gila dari sudut panggung)

(Gila bertepuk tangan, membahana)

Gila: HAHAHAHAHA, BAGUUUUSSS! Bagusss… Bravoooo, bravooooo!

Pewawancara: (tersenyum, sinis) Simpan tepuk tangan itu untukmu sendiri…

Gila: Hmm? Ada apa ini? Mengapa jadi sinis begini? Hah? Apa salahku?

(Gila menghampiri Pewawancara, menggoda…)

Pewawancara: Simpan bujuk rayumu… Sudah puas kau?

Gila: Hati-hati kalau bicara sayang… Kau sendiri yang…

Pewawancara: Seharusnya aku tahu… kalau ternyata kau secantik dan seindah
ini… jelas ia tergila-gila padamu…

Gila: Lantas apa? Mau mengutuki aku yang tercipta begitu menggoda?

Pewawancara: Sudah kusingkirkan dia… (terdiam) demi kau… untuk kau…

Gila: Dan kini aku milikmu… seorang… (bergelayut manja pada Pewawancara)

Pewawancara: Mungkin suatu saat kau akan meninggalkanku juga seperti kau
meninggalkan dia….

Gila: Jangan takut sayang… aku tak kan pernah pergi…

Pewawancara: Janjimu… seperti yang terdahulu…

Gila: Kau harusnya tahu… aku tak mungkin bisa bersatu dengan orang kebanyakan…
Aku dan kamu… sejoli…Kau pikir aku tak tahu identitas aslimu?
Sayangkuuuuu….sayangkuuuuu….

Pewawancara: Kau pikir kau tahu siapa aku?

Gila: Kamu… Dusta…

Pewawancara: Percayakah kau padaku?

Gila: Hahaha, aku si ‘Gila’ tak bisa percaya pada sang ‘Dusta?’ Ini baru lelcucon!

Pewawancara: Menyesal kau dengan kolaborasi kita nantinya?

Gila: Selama kau membawa orang-orang yang memuja-mujiku, dengan dustamu
tentunya, untuk menjadi ‘mati’ padahal untuk di ‘waras’kan di institusimu ini…
tidak.. aku tidak menyesal…

Pewawancara: Untungnya bagimu?

Gila: Tidak ada… Aku hanya senang banyak orang Gila yang ingin ‘Mati’, tapi tidak
akan kesampaian…Hahahaha…. Dengan begitu mereka semakin gila… dan
aku… semakin dipuja….

Pewawancara: Sungguh kau GILA!

Gila: Terima kasih…Itu memang nama saya…

(Panggung gelap, tirai tertutup)

*****

8 Comments:

Anonymous Anonymous said...

bntar bntar....gue belom resign dari 'BINGUNG'........kalo gue dah resign ntar gue kasih tau =P

4:16 PM  
Anonymous Anonymous said...

maap.....yg anonymous itu Irma =P sampe segitunya mendalami posisi gue

4:16 PM  
Anonymous Anonymous said...

Aku suka!!!!! Ayo kita maenin!!!

-iu-

4:20 PM  
Blogger iTe said...

U, pasti ngincer peran utama *motif terlihat bagitu jelas*

4:08 PM  
Blogger Mother of Zeus said...

Ite

Saya baru bangun dari pingsan.
Pingsan karena kagum.
Akan hasil karyamu.
Yang memang layak adanya.
Layak mendapat tempat khusus.
Di sebuah singgasana.
Kalau bukan di dunia.
Setidaknya di hatiku.

Iteeeeeeee
seperti biasa kamu keren *sambil ngos-ngosan*
Keep up the good work and keep me in the loop!!!

Rhea (pengagum Ite)

10:02 AM  
Blogger Nauval Yazid said...

Ite,

Dramatic Reading yuk.

12:46 AM  
Blogger iTe said...

Rhea:ma kasih utk dukunganmuh slaluh...*muack-muack*

Mas Nopal: HAYYYUUHHH, marriiiihhhhh, saya juga napsuuhhh, kapan??? kapan??? *kasak-kusuk di blakang IU, dia kita kasi peran si 2 mas-mas yg muncul bentaran duank, hahahaha*

10:00 PM  
Blogger Cay said...

Saya suka yang dramatis-dramatis, jadi mari yuk kita dramatic reading :D

1:52 PM  

Post a Comment

<< Home